Yang Tersisa Di Akhir Ramadhan

Di Penghujung Ramadhan

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqoroh : 183)
 

Sebuah ayat di dalam al qur’an yang senantiasa disampaikan di awal perjumpaan kita dengan bulan Ramadhan. Kini kutuliskan kembali di akhir perjumpaan dengan Ramadhan agar kita mengingat hakekat puasa kita. Berkali – kali kita dibacakan ayat tersebut , berkali kali pula kita sering melupakan tujuan dari puasa yang kita jalani. Apakah puasa yang kita jalani benar kita ikhlaskan karena Allah SWT semata? Apakah puasa yang kita jalani sudah sanggup untuk membentengi lisan ini dari menyakiti hati setiap insan? Apakah puasa yang kita jalani sudah sanggup menjaga pandangan kita dari hal yang diharamkanNya?

Ibarat dunia perwayangan, kita adalah Gatotkaca dan Ramadhan adalah kawah candradimukanya. Di situ kita ditempa habis-habisan agar menghadirkan jiwa baru yang kuat , yang tahan banting, gagah sakti mandraguna sehingga berhak menyandang gelar “la’allakum tattaqun”.


Bulan Ramadhan yang kita jalani adalah langkah awal kita untuk menjalani “kehidupan nyata” bagi kita. Kehidupan nyata yang tidak ada embel embel bonus pahala di dalamnya. Dunia nyata yang kadang kita harus sendirian dalam menjalankankan perintah agama. Tak banyak teman untuk menghidupkan sholat malam. Tak banyak kawan untuk menemani ibadah siyam. Dari situlah label “la’allakum tattaqun” kita dipertaruhkan. Apakah kita akan tetap bersabar bertahan di dalamnya hingga menanti datang bulan Ramadhan berikutnya, atau malah kita sengaja menggadaikan dan kabur menjauhinya. “Barangsiapa yang dikehendaki Allah akan mendapatkan hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. Dan inilah jalan Tuhanmu yang lurus. Kami telah menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang menerima peringatan.” (Qs. Al An’am : 125-126). Allah telah menentukan dua jalan bagi makhlukNya, maka pilihan ada di tangan kita. Memilih menjemput jalan hidayah atau mendekat ke jalan kesesatan . Sekali lagi, La iqroha fiddin. Terakhir sebagai penutup akan kutulis sebuah puisi untuk melepas kepergian bulan suci Ramadhan

“Di Penghujung Ramadhan”

2015-07-17_00.06.36

Ketika Sang surya terbenam di ufuk barat,
Ketika itu pula berganti bulan yang baru
Banyak suka cita menyambut kedatangannya
Tapi tak sedikit air mata karena kehadirannya

Kehadirannya berarti perjumpaan,
Perjumpaan dengan jiwa yang baru,
Kehadirannya berarti pula perpisahan
Perpisahan dengan dosa yang telah lalu,

Dulu kusambut kau dengan ucapan kegembiraan,
Kini kulepas kau dengan pesta kesedihan,
Semoga ini bukan yang terakhir berjumpa
Semoga ada kesempatan lagi bertatap muka

Biarlah kepergianmu membawa lisanku yang penuh dusta,
langkahku yang kerap menggores luka,
Hatiku yang penuh dengan prasangka,
Serta amalku yang sering terbesit riya’

Taqoballahu Minna Wa Minkum
Taqoballahu Ya Karim
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436 H
Semoga kita meraih derajat La’allakum Tattaqun

Leave a comment