Berburu Popularitas Stagnasi Kualitas

Sengaja tulisan ini tidak kami publish di hari milad KAMMI. karena sejatinya manisnya milad adalah ketika terus berjuang terus berkarya dan terus memberikan manfaat dalam tempo yang lama hingga kebathilan tumbang ditangan patriot kebajikan.

 

Menyenangkan bertegur sapa dengan kaum elit.  Apalagi hingga mampu menginternalisasi kepopulerannya. Layaknya memetik bintang lalu dipeluk erat hingga membiaskan segala pancaran auranya kemana-mana. Tersebar merata keseluruh tubuhnya seolah dialah yang tampak bersinar. Demikian naluri alamiah mayoritas geliat proletar masa kini agar mampu menepis ruang hampa ketidakberdayaan mengambil momentum memperbaiki diri.

Senada dengan hal yang telah disebutkan ambisiusitas kaum proletar untuk menduduki kursi populis kurang dibarengi dengan boncengan yang cukup untuk membawa bekal penyesuaian arah terpadu dan kualitas yang ideal. Seminimal mungkin dalam  membawa misi transformasi bottom to up “kualitas” hendaknya senantiasa merujuk ke sumber manhaj sebelumnya yang telah pantas dan baku menjadi prinsip risalah kemenangan (AlQuran dan As Sunnah).  Dengan pemahaman agama yang baik dan benar tanpa disisipi keraguan dan syubhat yang sering memecah belah sertakompetensi muamalah dan kemampuan managemen massa yang baik.

Salah satu penyebab distorsinya kualitas targetan ini adalah pengawalan media yang krang sigap. dan perkembangan teknologi yang kian hari menggendong dan melejitkan segalam macam potensi. Sehingga siapapun dia, apapun jabatannya, dimanapun berada penguasa medialah pemenangnya.

Konteks lain adalah pragmatisme gerakan yang selalu ditularkan. Alih – alih berlomba-lomba dalam kebaikan, amal jama’i ditinggalkan. Satu kesatuan bangunan terpecah pecah hanya karena ingin mengunggulkan sektenya, daerahnya, sukunya, ataupun teritorinya yang semua sebenarnya adalah batasan-batasan semu yang diciptakan manusia. Strategi kembali dimunculkan setiap tokoh dicumbui untuk memuluskan segala transaksi kekuasaan dan juga finansial. Sebenarnya sangat lumrah hal ini dilakukan melirik kondisi pemerataan daerah berbeda-beda kemampuannya. Dan wajar dalam hal muamalah menggandeng tokoh untuk menguatkan daerahnya. Namun hendaknya batasan dzohir hal ini harus senantiasa melibatkan kedewasaan, prinsip islam dan juga team work barisan kokoh islam yang besar.Sehingga tupoksi dasar tidak akan terharmonisa oleh godaan kecoa-kecoa nakal yang ingin terbang.

Dengan berbagai faktor inilah menumpuknya dzon dan fitnah memberikan noktah hitam bagi sebuah gerakan muda. Kebebasan ini akan mengerutkan nyali sebuah ideologi yang mana memiliki dasar prinsip islam, mengkader dan bergerak amaliyah. Sering sekali gerakan penyeru kebaikan dituduh menjual ideologi, menggadaikan agama, antek gerakan ekstrim dan sebagainya. Berbagai macam hujatan pedas dan label buruk terhadap suatu kelompok kian menjadi. Biarkan musuh islam berbuat makar. Karena inilah jalan yang digariskan untuk menuju kemenangan. Dan sungguh pembalasan Allah melebihi segalaNYA

Jargon revolusi mental memang telah mengubah cara pandang kaum selfiers, kaum galauers dan mereka yang mencoba merangsak ke permukaan untuk menstagnasikan kualitas dan memburu dengan ghiroh juang  menyala popularitas. Mari kita bersama sebelum merevolusi diri, sejenak untuk berpikir dan merenungkan arti pemahaman agama rahmatallil’alamin . Agama yang telah diwariskan para nabi dan orang-orang shalih. Mereka telah memberikan pijakan terpadu, tangga yang tersusun urut dan tertib. Andai kita bisa melompat ke tangga paling puncak , lalu menyampaikan khotbah atau mendendangkan lagu kesukaan anda, maka semua orang akan melihat kebusukan anda perlahan lahan. Mereka yang melakukan jalan pintas akan tergesa-gesa di atas pentas. Tidak akan bertahan lama hingga merobohkan panggung yang dia naiki sendiri.

Menapaki garis berliku dan onak ini, para ranger dakwah membutuhkan reformasi diri. Memformat kembali arah gerak kita sesuai manhaj sebelumnya. Memulai dari apa yang telah mereka capai. Tidak memutuskan dari apa yang telah mereka sambung. tidak menghancurkan apa yang telah mereka bangun. Dan tidak merusak apa yang telah mereka makmurkan. karenanya terkadang generasi itu menyempurnakan kerja para pendahulunya. Atau lebih memantapkan hasil yang telah mereka capai. Dan kadang meniru apa yang telah mereka wariskan. Dengan begitu , generasi tersebut telahmenambah satu tingkat lagi pada bangunan dan membawa umat untuk maju selangkah lagi menuju tujuan. (Risalah “Hal Nahwu Qaumun Amaliyah”)

Lapangan adalah tempat belajarku , tangga tahapan islam menjadi pijakanku, Allah adalah tujuanku, Rasul teladanku , Alquran  pedomanku. Selamat berjuang KAMMI, dan kawan-kawan yang memperjuangkan kalimat tauhid,  jalan ini masih panjang.

ANUGRO ARBI RIVANDI
(Ketua Umum KAMMI Komisariat Sepuluh Nopember)

Leave a comment