“Jangan Cintai KAMMI Apa Adanya”

IMG-20160329-WA0002

“Jangan Cintai KAMMI Apa Adanya”
Oleh Hafidzul Islam (Ketua Departemen BKPO KAMMI 1011)

Bersyukurlah jika kalian termasuk kedalam bagian dari KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) yang terlahir dan besar di tengah tengah masyarakat karena didasari sebuah keprihatinan terhadap krisis nasional yang melanda Indonesia.
Bersyukurlah jika kalian termasuk kedalam bagian dari KAMMI yang hadir ditengah tengah masyarakat kampus, mengajak khalayak untuk mencintai agamanya, tidak apatis terhadap kondisi negrinya, dan senantiasa ikhlas memberikan aksi nyata yang progresif demi terwujudnya Indonesia yang madani.
Bersyukurlah jika kalian termasuk kedalam bagian dari KAMMI dengan puluhan ribu kader-kadernya yang tersebar dari aceh hingga papua yang siap memimpin Indonesia dengan ide dan gagasan besarnya untuk masa depan.
Tulisan sederhana ini sejatinya merupakan bentuk rasa syukur dimana kita bisa menjadi salah satu bagian dari KAMMI. Bentuk rasa syukur karena kita bisa berada dalam sebuah wadah pergerakan islam yang syumul. Maka sungguh eman rasanya jika kita memandang KAMMI hanya dari satu sisi tanpa melihat sisi sisi lainya. Jangan cintai KAMMI apa adanya, menjadikan keharusan kita untuk mau meng-explore lebih jauh dan lebih dalam lagi tentang KAMMI. Karena memang sadar atau tidak sadar saat ini banyak yang entah apakah ia lupa bahwa ia berada di KAMMI, atau ia tidak sadar akan potensi potensi besar di KAMMI. Dengan mencintai KAMMI bukan dengan apa adanya akan terwujud simpul pergerakan kuat.
Genap 18 tahun sejak berdirinya pada Deklarasi Malang (29 Maret 1998), KAMMI beserta kader kadernya telah mencetak berbagai macam karya dan prestasi dan senantiasa memberikan pengabdian terbaiknya bagi nusa dan bangsa. Milad KAMMI ke-18 bisa dijadikan sebagai momentum untuk kita berintropeksi diri. Dari segala realitas KAMMI, kekurangan dan kelemahanan yang selama ini belum disadari atau mungkin sudah disadari tapi belum sempat terbenahi.
Barakallah fiik.. KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia). Semoga Allah SWT selalu memberikan kekuatan dan pertolongan-Nya kepada kita demi menyiapkan momentum besar KAMMI “Jayakan Indonesia 2045”.

MURTADNYA ‘PERS ISLAM’

Lutfi Muhammad – AB 1 KAMMI Komisariat Sepuluh Nopember

“Kalau masih ditanya juga soal apa agama saya, saya akan jawab: agama saya adalah jurnalisme.” (Andreas Harsono, Jurnalis)

Mengutip ungkapan dari Andreas Harsono jika jurnalisme adalah sebuah agama dan kultur pers yang sehat adalah iman dan ajarannya. Bisa jadi banyak pers yang telah murtad dari agamanya, dan pers Islam adalah salah satunya.

Pengantar

Perkembangan teknologi dan kemudahan informasi membawa kemajuan dan perubahan pada bayak hal, salah satunya Pers. Namun sangat disanyangkan kemudahan ini menjadi bumerang bagi pers itu sendiri. Pelanggaran kode etik jurnalistik kerap terjadi, budaya citasi tidak lagi diperhatikan, verifikasi fakta dan independensi pers untuk melayani masyarakat dengan informasi yang lurus semakin dipertanyakan. Hal ini semakin diperparah dengan ditungganginya pers oleh kepentingan politik. Sialnya kultur buruk ini turut menjangkiti Pers islam. 

Anda pasti pernah mendengar portal seperti islamtoleran, VOA Islam, Suaranews, PKSpiyungan dll. Periksa dan cek masihkah etika jurnalistik berlaku di sana ? Bahkan dikarenakan reputasinya, Kaskus.com, salah satu forum dikusi online terbesar di Indonesia melarang adanya referensi yang merujuk ke beberapa sumber di atas.

Melihat realita pers islam saat ini bukan hal yang mengherankan banyak masyarakan memilih pers yang ‘bukan islam’. Asumsi masyarakat umum saat ini adalah Pers islam lebih gemar mempublikasi ‘kabar baik’ daripada ‘kabar benar’ membuat pers islam semakin termarjinalkan. Tentu masih banyak pers islam yang berkualitas. Namun realita yang terjadi justru justifikasi negatif sedemikian melekat pada pers islam. Hal ini tentu harus menjadi bahan refleksi bagi muslim keseluruhan. Bayak hal yang harus dibenahi untuk membangun kembali reputasi dan menghapus dosa-dosa ‘oknum’ pers islam.

Pers Islam

Secara etimologi pers berasal dari bahasa Belanda yang berarti cetak. Secara terminologi pers berarti penyiaran secara tercetak. Dalam perkembangannya terdapat dua pemahaman pengertian pers, yaitu dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam pengertian luas, pers mencakup semua media komunikasi massa yang berfungsi menyebarkan informasi satu sama lain. Dalam pengertian sempit, pers merujuk pada media-media yang melewati proses percetakan, seperti koran, majalah, buletin dll yang kemudian dikenal sebagai media cetak.

Mengenai pers islam sendiri, menurut Adian Husaini pers islam adalah media yang menyuarakan kebenaran, baik itu media umum atau media Islam. Jika merujuk pada definisi tersebut, maka teranglah bagaimana posisi pers islam saat ini. Bisa jadi KOMPAS dan TEMPO jauh lebih islami daripada pers yang mengatasnamakan islam.

Sementara itu, litbang Republika mendefinisikan pers Islam sebagai pers yang dalam kegiatan jurnalistiknya melayani kepentingan umat Islam, baik yang berupa materi maupun nilai-nilai. Pers Islam di sini lebih menjurus pada pers yang menyebarluaskan berbagai peristiwa dengan muatan nilai-nilai Islam, khususnya yang menyangkut agama dan umat Islam kepada khalayak, serta berbagai pandangan dengan perspektif ajaran Islam.Tidak seperti pers pada umumnya, selain wajib mematuhi kode etik jurnalistik, pers islam wajib mengemban misi dakwah amar makruf nahi mungkar. Pers yang becirikan islam wajib menghindari hal-hal yang bertentangan dengan syariat islam. Layaknya pers pada umumnya Pers Islam juga wajib menyampaikan informasi yang benar. Pers Islam wajib selalu meneliti kebenaran informasi, serta tidak melakukan plagiat. Pers Islam juga wajib menghindari penyebaran informasi yang bersifat dusta dan fitnah.

Menurut Ulfah Rahmaniar, pers islam memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Pers Islam sebagai upaya dakwah bil qalam yang utama harus mengemban misi amar ma’ruf nahi munkar.
2. Menyebarkan informasi tentang perintah dan larangan Allah SWT.
3. Berusaha mempengaruhi khalayak agar berpihak sesuai ajaran Islam.
4. Senantisa menghindari gambar-gambar ataupun ungkapan-ungkapan yang tidak islami (pornografi dan pornoaksi).
5. Mentaati kode etik jurnalistik.
6. Menulis dan melaporkan yang dilakukan secara jujur, tidak memutarbalikan data dan fakta yang ada.

Pers Islam Masa Lalu

Pers islam mulai bermunculan pada masa pergerakan nasional bersamaan dengan tumbuhnya organisasi-organisai islam di Indonesia. Hampir setiap organisasi islam memiliki medianya sendiri-sendiri untuk berdakwah. Sarekat Dagang Islam (SDI) mendirikan Soenda Berita, sebuah mingguan berbahasa melayu pertama di Indonesia tahun 1903. Sarekat Islam mereka menerbitkan Al Islam pada tahun 1916. Tokoh-tokoh Muhammadiyah mendirikan Doenia Bergerak yang terbit pada tahun 1914 kemudian dilanjutkan dengan penerbitan Soewara Moehammadijah  dan Bintang Islam. Nadhlatul Ulama menerbitkan Suara NU pada tahun 1926 dan kemudian dilanjutkan dengan terbitnya Soeloeh NU pada tahun 194. Sementara itu Persatuan Islam (Persis) menerbitkan Pembela Islam pada tahun tahun 1929.

Pers Islam pada masa itu selain sebagai media dakwah islam juga berfungsi sebagai media perlawanan terhadap kolonialisme. Idealime pers islam pada masa itu terfokus pada semangat kebangsaan dan cita-cita kemerdekaan. Selain pers islam, turut berkembang pula pers yang berhalauan sosialisme, keduanya memiliki persamaan dalam hal anti-kolonialisme, kebangsaan dan harapan untuk kemerdekaan. Oleh karena itu bukanlah hal yang mengherankan jika pers islam dan pers yang berhalaun sosialis masa itu berkolaborasi melawan penjajahan. Medan Muslimin adalah salah satu contohnya, surat kabar berhalauan Islam Sosialis yang didirikan Haji Misbach pada tahun 1915.

Ketika pendudukan militer jepang, pers di Indonesia ditutup.Termasuk didalamnya pers islam. Jepang kemudian menerbitkan surat kabar dan majalah di beberapa kota-kota besar di Indonesia dengan kewajiban menyajikan propaganda untuk kepentingan Jepang.

Sesudah kemerdekaan Indonesia, Pers Islam kembali berkembang ditandai dengan bermunculan pers yang berbasis Islam seperti Panji Masyarakat, Kiblat, Duta Masyarakat (NU), Mercu Suar (Muhammadiyah), dan Abadi (Masyumi).

Pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno pers Islam saling berebut pengarus dengan pers rival ideologinya, kaum komunis. Presiden Soekarno beberapa kali melakukan tekanan terhadap organisasi-oraganisai Islam yang berdampak pada persnya.

Di zaman Orde Baru, pers Islam mengalami tekanan oleh rezim otoriter Presiden Soeharto. Masa ini adalah masa kelam bagi pers islam. Namun demikian justru pada masa ini Republika lahir oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).

Pers Islam Saat Ini

Pasca reformasi pers Islam turut menikmati euforia demokrasi. Pers Islam semakin berkembang dan bermunculan. Beberapa diantaranya adalah Pelita, Duta Masyarakat, Republika, Sabili, Ummi, Suara Islam, Hidayatullah, Tarbawi, Noor, Alia, Era Muslim dll. Berkembangnya pers islam pasca reformasi saat ini mejadi pertanda masa renaisance Pers Islam sepanjang sejarahnya.

Euforia demokrasi pada masyarakat juga mempengaruhi pers secara umum. Masyarakat seamkin kritis terhadap pemerintah. Rasa ingin tahu masyarakat terhadap segala sesuatu semakin besar. Pers dalam hal ini berperan penting dalam menyediakan sumber-sumber informasi. Perlahan lahan pers mulai menjadi komoditi perdagangan. Fungsi pers terkapitalisasi dan menyimpang dari idealisme pers sebagai pelayan masyarakat.

Hal ini semakin diperparah dengan keterlibatan Partai Politik dalam independensi pers. Sudah menjadi rahasia umum beberapa media pers menjadi corong propaganda suatu kelompok politik tertentu. Tentu masih teringat bagaimana peran pers pada pemilihan presiden 2014. Perang media mewarnai pers nasional. Kode etik dan etika jurnalistik tidak lagi menjadi ajaran ‘agama’ jurnalisme. Sialnya faham ‘materialisme jurnalistik’ ini juga menjakiti pers islam. Pun ketika salah satu calon telah terpilih, fitnah-fitnah tak berdasar tetap gencar dipublikasikan oleh media-media islam. Lengkap sudah kemurtadan pers islam bersama ‘dosa-dosa’ jurnalistik yang dilakukannya.

Pencerahan

Seyognyanya pers islam dapat menjadi panutan bagi pers ‘bukan islam’. Filosofi pers islam adalah dakwah, jauh dari kepentingan politik dan materialisme. Pers islam wajib menjungjung tinggi  kode etik pers dan syariat islam. Dengan demikian pers islam dapat merebut hati masyarakat dan berkembang dengan pesat. Perkembangan pers islam tentu akan sangat berdampak positif bagi dakwah islam keseluruhan.

Sebagai penutup penulis hendak menambahkan Sembilan Elemen Jurnalisme yang dirumuskan oleh Committtee of Concerned Journalists yang wajib dilakukan oleh seorang jurnalis. Sembilan elemen jurnalisme tersebut yaitu:
1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran.
2. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada masyarakat.
3. Intisari jurnalisme adalah disiplin verifikasi.
4. Praktisi jurnalisme harus menjaga independensi terhadap sumber berita.
5. Jurnalisme harus menjadi pemantau kekuasaan.
6. Jurnalisme harus menyediakan forum kritik maupun dukungan masyarakat.
7. Jurnalisme harus berupaya keras untuk membuat hal yang penting menarik dan relevan.
8. Jurnalisme harus menyediakan berita komprehensif dan proporsional.
9. Praktisi jurnalisme harus diperbolehkan mengikuti nurani mereka.

Selamat Hari Pers Nasional !!

Rasululloh bersabda : ” katakanlah yang benar walaupun kebenaran itu pahit “.
(HR. Ahmad, At T abrani, Ibnu Hibban dan Al Hakim )

Referensi :
[1] Harsono, Andreas.2010. ‘A9ama’ Saya Adalah Jurnalisme. Penerbit Kanisius. Sleman.
[2] Hidayat, Rahmat. 2011. Apakah yang dimaksud dengan pers Islam?. IAIN Imam Bonjol. Padang.
[3] Kovach, Bill dan Tom Rosenstiel. 2001. Sembilan Elemen Jurnalisme(terj.). Jakarta.
[4] Media massa. [https://id.wikipedia.org/wiki/Media_massa]. Wikipedia.
[5] Menuju Pers Islam yang Profesional. 2015. [ http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/15/04/10/nml5429-menuju-pers-islam-yang-profesional%5D. Republika.
[6] Rahmawati, Rini Ardiani. 2012. Pers Dalam Perspektif Islam. Fakultas Dakwah Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
[7] Rahmaniar, Ulfah. 2012. Pers Islam Di Indonesia. Fakultas Dakwah Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam. UIN Sunan Kalijagga. Yogyakarta.
[8] Ramadhan, Shodiq. 2015. Pers Islam ‘Kapiran’. Tabloid SUARA ISLAM edisi 199.
[9] Rizkiyansyah, Beggy. 2014. Lahirnya Pers Islam di Indonesia. [http://jejakislam.net/?p=331]. Jejak Islam Untu Bangsa.
[10] Sidik, Adi Permana. 2015. Berjuanglah Terus Pers Islam!. Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Pasundan. Bandung.
[11] Sumbangsih Pers Islam. 2015. [http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/15/04/10/nml5428-sumbangsih-pers-islam]. Republika.
[12] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers. [http://www.pwi.or.id]. Persatuan Wartawan Indonesia.

Menjaga Kesehatan Mahasiswa

Oleh : Novita Anggreini (Sekretaris Departemen Humas 1011 Periode 15/16)

Sebagai mahasiswa yang penuh dengan aktivitas segudang memerlukan kondisi tubuh yang baik. Sehat merupakan hal yang terpenting untuk kita menjalankan aktivitas, baik aktivitas akademik maupun organisasi. Namun, banyak sekali mahasiswa yang kurang memperhatikan gizi dalam makanannya. Lebih suka makan gorengan, sambal, mie instan ataupun junk food. Hal ini diperparah dengan begadang karena mengerjakan tugas, tugas besar, dl. Sehingga  menyebabkan mahasiswa sering terkena penyakit seperti maag, typus, batuk, dll. Oleh karena itu, marilah kita mulai untuk lebih memperhatikan kesehatan kita.

Untuk mencapai kesehatan yang optimal diperlukan makanan bukan sekedar makanan tetapi makanan yang mengandung gizi atau zat-zat gizi. Gizi adalah elemen yang terdapat dalam makanan dan dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tubuh seperti halnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Gizi yang seimbang dibutuhkan oleh tubuh. Zat-zat makanan yang diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan ini dikelompokkan menjadi 5 macam. Fungsi-fungsi zat makanan itu antara lain sebagai berikut :

1. Protein
Protein diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (protein nabati) dan makanan dari hewan (protein hewani). Fungsi protein bagi tubuh antara lain :
– Membangun sel-sel yang rusak
– Membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon
– Membentuk zat inti energi (1 gram protein kira-kira menghasilkan 4,1 kalori).

2. Lemak
Lemak berasal dari minyak goreng, daging, margarin, dan sebagainya. Fungsi pokok lemak bagi tubuh ialah :
– Menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh manusia (1 gram lemak menghasilkan 9,3 kalori).
– Sebagai pelarut vitamin A,D,E,K.
– Sebagai pelindung terhadap bagian-bagian tubuh tertentu dan pelindung bagian tubuh pada temperatur rendah.

3. Karbohidrat
Karbohidrat berdasarkan gugus penyusun gulanya dapat dibedakan menjadi monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Fungsi karbohidrat adalah juga salah satu pembentuk energi. Pada umumnya sumber karbohidrat ini berasal dari tumbuh-tumbuhan (beras, jagung, singkong, dan sebagainya).

4. Vitamin-vitamin
Vitamin dibedakan menjadi 2, yakni vitamin yang larut dalam air (vitamin A dan B) dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A,D,E,K). Fungsi vitamin sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Selain itu vitamin berfungsi sebagai zat untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit, peningkatan serta menjagakebugaran tubuh dan memperlambat proses penuaan.

5. Mineral
Mineral terdiri dari zat kapur (Ca), zat besi (Fe), zat fluor (F), natrium (Na) dan chlor (Cl), kalium (K) serta iodium (I). Secara umum fungsi mineral adalah sebagai bagian dari zat yang aktif dalam metabolisme atau sebagai bagian penting dari struktur sel dan jaringan.

Mengkonsumsi makanan harus memperhatikan gizi seimbang agar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Banyak sekali manfaat dari gizi bagi kesehatan kita. Kesehatan merupakan hal yang penting untuk beraktifitas. Beraktifitas untuk mendapatkan nilai akademik yang baik, amanah dalam organisasi maupun untuk kerja-kerja dakwah kita. Menjadi mukmin yang sehat dan kuat sangatlah disukai oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda :

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Azza wa Jalla daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan.” (HR. Muslim).

Marilah kita mulai memperhatikan gizi pada makanan kita serta olah raga yang teratur.
Selamat Hari Gizi dan Makanan.

image

Jangan Membedakan Mereka, Selamat Hari Internasional Penyandang Cacat

oleh : Zaidah Karomah

Pernahkah kalian (yang tinggal di daerah keputih, kejawan, gebang atau sekitarnya, sukolilo, surabaya) melihat seorang lelaki tua buta berjalan disekitar daerah keputih – kejawan gebang?. Jika belum kuceritakan sedkit saja, kapan hari lalu usai pulang kuliah kudapati bapak tua buta itu berjalan disudut jalan kejawan gebang dengan tertatih mengandalkan tongkat kayu kusam pada satu tangannya, sedang satu tangannya yang lain membawa kantong bekas jajan.sepertinya didalam katong itu terdapat beberapa rupiah yang mungkin diberikan oleh mereka yang merasa iba. Itu hanya asumsiku. Aku tidak tahu benar siapa bapak tua itu, karena aku hanya melihatnya sekilas. Dengan segala keterbatasannya, beliau melewati kerasnya hidup ini. Terlepas dari apakah beliau mengemis atau tidak, satu hal yang perlu dicermati beliau tetap berusaha keluar kedunia luar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dilain tempat, masih didaerah keputih tepatnya di gang 3 E. disalah satu kos mahasiswa ada seorang bapak yang kakinya tidak normal. Hanya satu kaki saja yang berfungsi sehingga beliau harus menggunakan tongkat untuk membantunya bergerak. Beliau adalah sipemilik salah satu kos di gang tersebut. Terlepas apakah keluarga beliau berada atau tidak. Ada beberapa hal yang harus kalian ketahui. Karena keterbatasan beliau dalam mengendarai motor, beliau berfikir kreatif agar beliau dan orang-oang lain seperti beliau bisa mengendarai motor. Maka terbentuklah bengkel motor untuk para penyandang disabiltas diteras rumah beliau. Tak jarang kudapati rekan-rekan senasib beliau datang kerumahnya untuk memodifiasi motor.

Ikhwah sekalian,

Tak semua manusia dilahirkan dengan kondisi sempurna. Bahkan yang lahir dengan kondisi sempurna saja bisa mengalami suau kecacatan. Cerita diatas adalah sedikit contoh mereka-mereka yang kurang beruntung secara fisik. Sesunguhnya diluar sana sangat banyak orang yang memiliki ketebatasan dalam beraktifitas. Pada hasil survei sosial ekonomi nasional (susenas) 2012 oleh badan pusat satisika Indonesia menyebutkan 2,45 % penduduk Indonsia menyandang disabilitas. Dari angka tersebut sebesar 39,97 % mengalami lebih dari satu jenis keterbatasan. Anggap saja penduduk Indonesia 150 juta, berarti sekitar 3 juta lebih penduduk Indonsia memliki keterbatasan.

Sejatinya angka ini bukan angka yang kecil, namun dikehidupan ini meraka menjadi minortas. Hingga terkadang kebanyakan orang tidak pernah memperhatikan kelompok minoritas ini. Memperhatikan saja jarang apalagi melibatkan mereka dalam aktfitas ekonomi, sosial, pendidikan, politik dan yang lainnya. Pernahkah kalian menjumpai ada seseorang mempekerjakan seorang yang bisu, tuna rungu, cacat?. Apakah mereka yang cacat bisa menikmati pendidikan sampai perguruan tinggi?.

Bukankah mereka yang cacat juga memiliki hak yang sama dengan manusia pada normalnya. Dalam UU nomor 4 tahun 1997 tetang penyadang cacat disebutkan bahwa ‘penyandang cacat ialah setiap orang yang mempunyai kelainan sisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya’. Dan di dalam pasal 5 disebutkan bahwa mereka mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Mereka berhak mendapatkan pendidikan pada semua satuan jalur, jenis,dan jenjang. Mereka berhak mendapat pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai dengan jenis dan derajat kecacatan, pendidikan, dan kemampuan. Mereka berhak medapat perlakuan yag sama untuk berperan dalam pembangunan dan menikmati hasilnya. Mereka berhak mendapat aksebilitas dalam rangka kemandiriannya. Mereka berhak akan rehabiitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial. Mereka juga memiliki hak yang sam untuk menumbuhkembangkan bakat, kemampuan, dan kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam lingkungan keluarga danmasarakat.

Yaa, mereka memiiki hak untuk mendapat perlakukan sosial yang sama seperti halnya manusia normal. Mereka butuh senyuman, uluran tangan, semangat dari kita. Jangan membedakan mereka dalam perlakuan sosial. Mereka memang butuh perlakuan berbeda karena keterbatasan namun bukan perlakuan sosial yang bereda. Berbuatlah baik kepada mereka. Semasa rasulllah hidup, beliau tak pernah absen untuk menyuapi seorang yahudi tua buta. Lalu kita mau bagaimana?

Hari ini, 3 desember merupakan hari internasional penyandang cacat. Ini bukan hanya hari untuk merayakan keberadaan para penyandang cacat. Ini adalah suatu pengingat kita untuk turut serta memberi dukugan untuk meningkatkan martabat hak, dan kesejahtraan para penyandang cacat. Jangan membedakan mereka. Tetap libatkan mereka dalam aspek kehidupan politik, sosial, ekonomi, serta budaya. Karena kita sama, kita adalah manusia yang diciptakan oleh pencipta yang sama.

#SelamatHariInternasionalPenyandangCacat

 

Zaidah Karomah

KAMMI Komisariat Sepuluh Nopember

Hari Pembebasan Perbudakan Nasional

oleh : Asep Saiful

Bismillahirrahmanirrahiim,
Assalamualaykum warahmatullahi wabarakaatuh.
Yaa Ayyuhal Ikhwah,
Islam diturunkan adalah untuk memuliakan manusia, ia turun kepada Rasulullah salallahualayhi wasallam sebagai bentuk pembebasan ummat manusia dari segala bentuk rendahnya penghambaan kepada mahkluk dan hawa nafsunya untuk kemudian menghambakan diri hanya kepada Allah semata. Kalimah Laa ilaha ilallaah, Muhammad rasulullah adalah sebentuk pemuliaan manusia yang tercakup di dalamnya.
Islam diturunkan ke dunia, untuk memberikan kabar gembira berupa pedoman hidup, untuk mengangkat manusia dari rendahnya keinginan-keinginan terhadap dunia, kepada keabadian hari-hari di akhirat. Mengeluarkan manusia dari sempitnya ilmu kepada keluasan cakrawala pengetahuan yang Allah ajarkan melalui firman-firmannya dan hadits Rasulullah salallahualayhi wasallam, juga Islam tinggikan karakter, izzah, kehormatan manusia sedari karakter-karakter binatang kepada mulianya adab-adab.
Ketahuilah ikhwah,
Islam mengajarkan perempuan-perempuan untuk menutup auratnya yang merupakan bentuk pemuliaan terhadap mereka. Islam pula mengajarkan pembagian waris sebagai bentuk penghargaan kepada keadilan. Sebagaimana Islam memuliakan Bilal, dengan memberikan jaminan kemuliaan di syurga, karena mempertahankan Islam di dalam dirinya dengan ketaqwaan meskipun ia adalah seorang budak. Karena Allah subhanahu wataala tidak melihat jabatan, harta yang dimiliki, atau seperti apa rupa dari hambanya dalam hal kemuliaan kecuali dikarenakan ketakwaannya kepada Allah, ketaatannya dalam menjalankan perintah maupun menjauhi segala bentuk apa-apa yang tidak diperkenankan-Nya, karena itu semua adalah juga bentuk kasih sayang-Nya.
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian disisi Allah adalah orang-orang yang paling bertaqwa [Al-Hujurat : 13]
Bentuk penghargaan Rasulullah kepada budak “Bertaqwalah kalian kepada Allah, dan berhati-hatilah kalian terhadap budak-budak yang kalian miliki. Sesungguhnya, mereka adalah saudaramu yang dijadikan Allah swt berada di bawah kekuasaanmu. Oleh karena itu, berilah mereka makan, seperti yang engkau makan, dan berilah mereka pakaian seperti pakaian yang engkau kenakan; janganlah memberi beban tugas yang memberatkan mereka, dan jika engkau membebani mereka dengan tugas, maka berlakulah baik (tidak memberatkan) kepada mereka. (HR. Muslim)
Allah telah berfirman Berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapa, karib kerabat, anak-anak yatim, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah swt tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. ( QS An Nisa : 36)
Betapa Islam mengajarkan kita melindungi hak-hak para budak, berhingga pada bagaimana Islam mengajarkan kita untuk menghentikan sistem perbudakan dan suatu kemulaian ketika kita membebaskan seorang budak, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.“Barangsiapa membebaskan budak yang muslim niscaya Allah akan membebaskan setiap anggota badannya dengan sebab anggota badan budak tersebut, sehingga kemaluan dengan kemaluannya.”
Ikhwahfillah,
Allah juga memberikan ganjaran yang tinggi bagi siapapun yang membebaskan perbudakan, karena di dalamnya terdapat kebaikan. Kebaikan yang tiada bandingannya, Siapa saja seorang muslim yang membebaskan seorang budak yang muslim, maka perbuatannya itu akan menjadi pembebas dirinya dari api neraka (HR : Tirmidzi dari Abu Umamah dan sahabat yang lain)
Banyak sekali isyarat di dalam Al Quran dan sunnah-sunnah Rasulullah yang mengajak kita untuk menghapuskan seluruh bentuk perbudakan, pengekangan hak-hak manusia, juga eksploitasi manusia di dalam sebuah tatanan kemasyarakatan.
Maka ketahuilah ikhwah,
Bebaskanlah manusia-manusia dari sempitnya penghambaan diri kepada mahkluk, kepada hawa nafsunya. Sebarkanlah pesan pesan kebajikan lalu merdekakan negara-negara terjajah. Di manapun berada. Di manapun kita menemui adzan berkumandang, maka upayakanlah dengan segala cara untuk memerdekakan mereka. Merdekakan juga rakyat kita dari segala jerat kejumudan, kemiskinan, kemandegan dalam sisi manapun, ekonomi, pangan, maupun pendidikan. Karena biar bagaimanapun kelaparan adalah juga bentuk kedzaliman pemimpin yang harus segera diakhiri, adalah wajib bagi kita untuk segera mengentaskannya. Biar bagaimanapun minimnya upaya pencerdasan kepada anak-anak bangsa adalah juga bentuk kedzaliman pemimpin yang harus segera diperangi, adalah wajib bagi kita untuk segera menyudahinya.
Ikhwah,
Terlalu banyak nilai-nilai yang tercabut dari tatanan masyarakat kita, bentuk perbudakan yang berbagai macam itu harus kita lawan, dengan darah dan tenaga kita, juga dengan harta dan keringat kita. Karena tidak ada yang akan membawakan upaya pembebasan yang simultan dan terencana kecuali hanya kita, yang membawa pesan-pesan kebenaran dari langit. Allah dan rasulnya telah memercayakan kepada kita semua, bentuk ghirah dalam membebaskan segala bentuk kemelaratan moral ummat Islam, kepada kesejahteraan hakiki kehidupan mereka.
Jangan sampai, keberadaan kita di muka bumi, dengan segala nikmat yang Allah berikan berupa ilmu, tenaga, dan kesehatan keluarga-keluarga kita, menjadikan kita terlena dalam menuntaskan persoalan ummat yang paling urgen yaitu penjajahan. Baik yang berbentuk fisik, seperti ekspoitasi wanita dan anak anak, maupun penjajahan fikrah anak muda bangsa kita. Peperangan telah dimulai, genderangnya pun telah ditabuh oleh pendahulu-pendahulu kita, terompet kemenangan telah ditiupkan, dan kekuatan telah dihimpun, mungkinkah kita akan keluar dari barisan ini untuk mencari jalan lainnya? Maka tiada yang akan selamat ketika jalan ini, manhaj ini ditinggalkan oleh pribadi-pribadi yang ada di dalamnya karena saat itu ia telah mengabaikan titah Allah al Khaliq

Ikhwah,
Janganlah sampai engkau sekalian meninggalkan lambung kapal dakwah ini, karena jika kalian meninggalkannya, siapa lagi yang akan membebaskan masyarakat kita dari penjajahan yang bertubi-tubi ini. Janganlah kalian meninggalkannya karena ingin berleha-leha dengan berbagai alasan untuk tidak bekerja dengan gigih, dalam memperjuangan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam barisan ini, telah digali nilai-nilai Islam yang dahulu telah ada. Nilai-nilai ini telah ada belasan abad yang menjadikan Islam ini kokoh mengakar sebagai nilai dan norma. Dan kemudian kita dapat melihat, runtuhnya bangunan dakwah Islamiyyah ini adalah dikarenakan para pemimpin kita dahulu, juga pemuka-pemuka agamanya yang telah melucuti satu persatu nilai dan norma Islam di tengah kepemimpinan mereka.
Dan kita jangan pernah melakukan hal yang sama wahai ikhwah.
Bergerak demi terwujudnya kemerdekaan dunia, adalah jalan kita, jalan dari jamaah ini. Yang telah mewakafkan jiwa-jiwa kepada perjuangan yang juga dilaksanakan oleh para Rasul dan Anbiyya terdahulu.

Salam Perjuangan, Salam Kemenangan !!
Semoga shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad salallahualayhi wasallam, dan seluruh alam.
Wassalamualaykum warahmatullahi wabarakaatuh.

Asep Saiful,
Kadept Kaderisasi KAMMI 1011
Surabaya, 1 Desember 2015

Membangkitkan (lagi) Epos Kepahlawanan Oleh : Muhammad Fachrurrozi (Ketua Umum KAMMI 1011 Periode 15/16)

“Aku tidak tahu lagi dengan menggunakan kata – kata apa untuk membangkitkan semangat juang arek-arek Suroboyo, selain dari Takbir Allahu Akbar” (Bung Tomo)

Begitulah ucapan yang keluar dari seorang tokoh “Pertempuran 10 Nopember” yang kelak dikenang sebagai Hari Pahlawan. Bung Tomo bisa dikatakan adalah sosok yang begitu erat kaitannya dengan peristiwa bersejarah itu. dan bisa juga dikatakan Bung Tomo adalah “pahlawan” diantara ribuan pahlawan lain yang turut berjuang saat itu dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kayaknya hampir kurang afdhol jika berbicara tentang hari pahlawan tanpa menyinggung kisah heroic Bung Tomo yang dengan kalimat Takbirnya bisa membakar semangat arek-arek BONEK Suroboyo kala itu. Dan memang begitulah seorang pahlawan itu semestinya. Sosok yang bisa memimpin masyarakat, mengobarkan semangat pasukannya, menegakkan keadilan di tengah ketidakadilan, dan rela mengorbankan apapun demi kepentingan umat. Potret itulah yang hendaknya harus dimiliki oleh setiap orang apabila dia ingin dianggap sebagai seorang pahlawan. Tinggal sekarang yang menjadi pertanyaannya adalah siapa saja yang termasuk pahlawan itu? bagaimana dia bisa menjadi pahlawan? Lantas, masih adakah pahlawan untuk era saat ini?

Siapakah Pahlawan Itu?

Ketika mendengar kata pahlawan tentu yang terlintas dalam pikiran kita adalah sosok yang gagah berani, seorang pejuang, dan seorang yang berjasa bagi suatu bangsa. Pokoknya tidak boleh ada karakter negatif pada seorang pahlawan. Pahlawan (Sansekerta: phala-wan yang berarti orang yang dari dirinya menghasilkan buah (pahala) yang berkualitas bagi bangsa, negara, dan agama) adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran atau pejuang yang gagah berani. Pahlawan adalah dia yang berani mengatakan yang haq adalah haq, dan yang bathil adalah bathil. Dia yang mengorbankan pikiran, waktu, tenaga, harta, bahkan nyawanya sendiri untuk tegaknya kebenaran. Pahlawan adalah orang-orang yang berjuang untuk menegakkan ideologinya, untuk memuliakan kaumnya, dan untuk keyakinannya

Dalam Islam, Pahlawan memiliki kriteria tersendiri. Pahlawan dari sudut pandang Islam yakni orang yang berjuang untuk menegakkan syariat Islam, untuk kemuliaan Islam, untuk kemuliaan Islam dan kaum Muslimin. “Dan Hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang mengajak kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan itulah orang-orang yang beruntung” (Ali Imron : 4)

Sebagai orang Islam, tentunya kita memiliki Platform pahlawan dari Nabi kita yaitu Muhammad SAW. Rasululloh SAW adalah sosok pahlawan sempurna yang merupakan pahlawan yang begitu besar jasanya pada umatnya. Beliau yang telah membawa umatnya menyeberangi Zaman yang penuh kegelapan (jahiliyah) menuju zaman yang terang benderang (Islamiyah). Beliau yang membawa Islam menjadi agama yang sangat disegani dan juga mengajarkan hikmah.

Menjadi pahlawan?

                Menjadi seorang pahlawan tentulah bukan sesuatu yang instan terjadi. Menjadi seorang pahlawan tentu tidak semudah membalikkan kedua telapak tangan. Menjadi seorang pahlawan selalu memiliki proses di dalamnya. Setidaknya ada 6 hal yang bisa melatarbelakangi munculnya kepahlawanan ini :

  1. Naluri Kepahlawanan

Pahlawan tidak akan muncul secara tiba-tiba. Seorang pahlawan akan muncul dengan adanya tantangan dan permasalahan yang ada di masyarakat. Dengan munculnya tantangan dan permasalahan ini akan menguji kapabilitas seorang pahlawan. Artinya, apakah dia mampu menyelesaikan tantangan dan permasalahan yang ada di masyarakatnya juga nantinya mempengaruhi kualitas kepahlawanannya. Semakin berat tantangannya, tentukan kapabilitasnya sebagai seorang pahlawan juga akan semakin besar. Hal ini sinkron dengan ucapan bahwa “pelaut yang handal tidak dihasilkan dari lautan yang tenang”.

  1. Keberanian

Keberanian disini artinya, seorang pahlawan akan tahu bagaimana menempatkan keberaniannya pada kebenaran dan kebajikan. Setiap keberanian yang dia lakukan tentu selalu akan mengandung resiko di dalamnya. Dan Resiko terbesar dari keberanian yang dilakukan adalah Kehilangan Harta dan bahkan harus kehilangan Jiwa. Itulah harga mahal yang harus dibayar untuk menjadi seorang pahlawan.

  1. Kesabaran

Kesabaran akan menentukan sampai sejauh mana keberanian yang ia lakukan. Kesabaran akan mengawal keberanian seseorang. Kesabaran yang akan membuat keberanian seseorang pahlawan tahan lebih lama

  1. Pengorbanan

Kebaikan-kebaikan yang dia lakukan bukanlah untuk kepentingan dirinya sendiri, melainkan untuk orang lain. Tidak terbersit sedikitpun di dalam hatinya untuk mementingkan urusan pribadinya di atas kepentingan umum.

“Orang yang hidup untuk dirinya sendiri, maka akan hidup dan mati sebagai orang kerdil. Orang yang hidup untuk orang lain, maka akan hidup dan mati sebagai orang besar” (Sayyid Qutb)

  1. Kompetisi

Berkompetisi disini artinya, dia sedang berlomba-lomba dalam hal kebaikan (Fastabiqul Khoirot). Bahwasanya ibadah dan karya-karya besar yang dia lakukan semata-mata hanyalah untuk mencari ridho Allah SWT

  1. Optimisme

Sikap Optimisme inilah yang nantinya akan membedakan pahlawan dengan pecundang. Orang yang senantiasa meyakini akan datangnya Rahmat dari Allah SWT dan tidak pernah berputus asa dariNya. Dia meyakini bahwa Rahmat Allah itu luas dan akan menghampiri siapa saja yang telah berusaha dengan maksimal. Sikap Optimisme pula yang mengantarkan sebuah keinginan, harapan, dan cita-cita menjadi sebuah kenyataan atau realita

Masih adakah Pahlawan Masa Kini?

                Dalam setiap putaran waktu, sejarah menyimpan kisah-kisah kepahlawanan di dalamnya. Sejarah sesungguhnya selalu memiliki tokoh-tokoh protagonis dalam kisahnya yang bisa diteladani oleh generasi berikutnya.

Sejarah mencatat bagaimana kisah Kepahlawanan Nabi Ibrahim As yang berhasil mengalahkan Raja Namrud. Nabi Musa yang berani berkonfrontasi dengan Raja Fir’aun dan membawa “kabur” Bani Israil dari Mesir ke Palestina. Serta bagaimana perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam membawa perubahan bagi bangsa Arab khususnya dari yang sebelumnya berkarakter Jahiliyah menjadi karakter Islamiyah. Dari Lingkup Nasional juga pernah melahirkan pahlawan-pahlawannya. Dimulai dengan lahirnya Gajah Mada dengan Majapahitnya, Jayabaya dengan kerajaan Kedirinya, Sultan hasanuddin dengan Kerajaan Goa Tallo, Sultan Iskandar Muda dengan kerajaaan Aceh yang itu semua hadir di era kerajaan. Di era 1900an juga memunculkan tokoh-tokoh kaliber K.H.Hasyim Asyari, seorang Hadratus Syaikh yang terkenal dengan “Resolusi Jihad”nya, K.H. Achmad Dahlan dengan Muhammadiyahnya, Ir. Soekarno yang begitu akrab dengan sebutan “Bapak Proklamator” hingga Bung Tomo yang begitu melegenda dengan kisah epicnya di pertempuran Surabaya. Jangan lupakan pula bagaimana kisah segerombolan anak-anak muda angkatan 1998 yang dianggap “pahlawan” oleh masyarakat karena berhasil menggulingkan Seorang Tirani yang telah berkuasa di negeri ini selama lebih dari 30 tahun.

Kesemua kisah di atas memberitahukan kepada kita, bahwa model kepahlawanan itu berbeda-beda setiap masanya. Ada yang dengan kekuataan perangnya, hartanya hingga pengaruh ideologisnya yang bisa mempengaruhi banyak orang. Meskipun berbeda model kepahlawanannya tetap ada kesamaan di antara kesemua pahlawan-pahlawan tersebut di atas. Keberanian dan Rasa Pengorbanan. YA, dengan kedua sikap itulah para pahlawan ini memperjuangkan nasib kaumnya.

“Likullim Marhaatin Masaakuliha wa Likullim Marhaatin Rijaluha”
“Setiap perjalanan sejarah zaman selalu diiringi oleh para sosok pemimpin zaman yang sesuai dengan konteks permasalahan zaman tersebut”

                Sejarah tentu akan terus mengulang kisah-kisah kepahlawanannya. Sejarah tidak akan mendiamkan eranya terlewatkan tanpa ada pahlawan di dalamnya. Pertanyannya, siapkan kita generasi muda sekarang membawa beban kepahlawanan dari para pendahulu kita. Sanggupkah pundak-pundak kita untuk memikul amanah melanjutkan semangat kepahlawanan itu? kalau kita tidak sanggup menjawabnya, jangan pernah mengaku kalau kita “ANGKATAN EMAS” Indonesia. Jangan pula berharap dan bermimpi INDONESIA EMAS 2045 akan terwujud kalau dari sekarang para pemudanya tidak siap dan tidak sanggup untuk menjadi The Next Heroes. Akhirnya hanyalah “OPTIMISME” yang akan memisahkan antara harapan, impian dan angan angan dengan sebuah realitas kehidupan. Yang akan memisahkan takdir sebagai seorang Pahlawan atau beakhir sebagai seorang Pecundang. Yang terus bertahan dalam perjuangan atau kabur meninggalkan medan pertempuran.

Selamat Hari Pahlawan wahai pahlawan-pahlawanku Salam dari Penerusmu dari Kota Pahlawan

Islam dan ‘Amal Jama’i

Islam dan ‘Amal Jama’i

Oleh : Novita Anggreini (Staff Departemen Humas KAMMI Sepuluh Nopember)

                Keruntuhan Turki Utsmani, dan penghapusan system Khilafah oleh Kemal Attaturk, tahun 1924, merupakan klimaks kemerosotan peran politik Islam, setelah hampir empat belas abad Muslimin memainkan peranan politik maupun peradaban yang sangat menentukan. Pada 3 Maret 1924, Majelis Besar Nasional Turki mengeluarkan sebuah hukum yang berbunyi : “Kekhalifahan telah dihapuskan. Lembaga kekhalifahan ditutup, karena kekhalifahan pada hakikatnya terdiri atas makna dan pengertian dari kata-kata pemerintah (hukumah) dan republik (jumhuriyyah)”. Hilangnya sistem khalifah di dunia Islam merupakan pukulan politik terhadap Muslimin.

Rasulullah SAW, dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dan Baihaqi memberi isyarat tentang periodisasi perjalanan sejarah umatnya. Pertama, periode Nubuwwah, yaitu masa dimana Muslimin hidup bersama Rasulullah SAW. Kedua, periode Khilafah atas minhaj Nubuwwah, yaitu masa Khulafaur Rasyidin yang berlangsung kira-kira 30 tahun. Ketiga, periode Mulkan ‘Adhon yaitu masa diamana para raja atau penguasa suka menindas, meski system pemerintahannnya secara formal berlandaskan Islam. Keempat, periode Mulkan Jabbariyyah yaitu masa dimana Muslimin hidup dalam suasana system penguasa atau raja-raja yang sekuler. Masa sekarang dikategorikan sebagai periode Mulkan Jabbariyyah. Setelah berakhirnya periode keempat ini, sejarah akan berulang kembali ke masa awal Islam, tetapi bukan kenabian namun kembali ke periode Khilafah ‘ala Manhaj Nubuwwah.

Sebagai sistem ajaran, Islam tetap menjadi alternatif satu-satunya bagi manusia yang ingin selamat di dunia maupun akhirat. Islam juga akan tetap menjadi satu-satunya alternative peradaban modern umat manusia, pada hari ini dan hari esok. Ajaran Islam bersifat syamil-kamil-mutakamil (menyeluruh, sempurna, dan saling menyempurnkan). Sedangkan Muslim memiliki al-qudrah al-juz’iyyah al-mahdudah (kemampuan sektoral dan terbatas). Oleh karenanya tidak mungkin Islam akan tertegak secara utuh manakala kaum Muslimin menerapkannya secara individual. Islam seharusnya diterapkan secara jama’I (kolektif). Harus ada upaya ‘amal jama’i agar kesempurnaan ajaram Islam dapat terealisasi dalam kehidupan kaum Muslimin. Sedangkan kehidupan ‘amal jama’i tidak akan terwujud dengan sempurna kecuali terbentuknya sebuah tatanan da’wah yang memadai.

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. As-Saff : 4).

“Tidak ada Islam melainkan dengan jama’ah, tidak ada jama’ah kecuali dengan imamah (kepemimpinan), dan tidak ada kepemimpinan kecuali ketaatan.” (Umar bin Khaththab r.a.)

“Dari Abu Umamah al-Bahili dari Rasulullah SAW, beliau bersabda : Ikatan-ikatan Islam akan lepas satu demi satu. Apabila lepas satu ikatan, akan diikuti oleh (lepasnya) ikatan berikutnya. Ikatan Islam yang pertama kali lepas adalah pemerintahan, dan yang terakhir adalah shalat.” (HR. Ahmad)

“…. dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang menyekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada mereka.” (QS. Ar-Rum : 31-32)

“Dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan r.a., Rasulullah SAW pernah berdiri di tengah-tengah kami seraya bersabda, “Ketahuilah, bahwa di antara ahli kitab … dan sesungguhnya millah ini akan terpecah menjadi 73 golongan, 72 golongan masuk nerakan dan yangsatu masuk surga; golongan ini adalah jama’ah.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

“Dari Mu’adz bin Jabal dari Rasulullah SAW, “ Sesungguhnya setan adalah serigala bagi manusia, seperti serigala bagi kambing yang memakan kambing yang keluar dari kawanan dan menyendiri. Karena itu, jauhilah perpecahan, dan hendaknya kamu bersama jama’ah dan orang banyak.” (HR. Ahmad)

Demikianlah, banyak ayat-ayat dan hadits-hadits yang menunjukkan wajibnya menegakkan jama’ah dalam kehidupan umat.

Daftar Pustaka :

Jabir, Hussain bin Muhammad bin Ali. 2001. “Menuju Jama’atul Muslimin: Telaah Sistem Jama’ah dalam Gerakan Islam”. Jakarta : Robbani Press.

Yang Tersisa Di Akhir Ramadhan

Di Penghujung Ramadhan

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqoroh : 183)
 

Sebuah ayat di dalam al qur’an yang senantiasa disampaikan di awal perjumpaan kita dengan bulan Ramadhan. Kini kutuliskan kembali di akhir perjumpaan dengan Ramadhan agar kita mengingat hakekat puasa kita. Berkali – kali kita dibacakan ayat tersebut , berkali kali pula kita sering melupakan tujuan dari puasa yang kita jalani. Apakah puasa yang kita jalani benar kita ikhlaskan karena Allah SWT semata? Apakah puasa yang kita jalani sudah sanggup untuk membentengi lisan ini dari menyakiti hati setiap insan? Apakah puasa yang kita jalani sudah sanggup menjaga pandangan kita dari hal yang diharamkanNya?

Ibarat dunia perwayangan, kita adalah Gatotkaca dan Ramadhan adalah kawah candradimukanya. Di situ kita ditempa habis-habisan agar menghadirkan jiwa baru yang kuat , yang tahan banting, gagah sakti mandraguna sehingga berhak menyandang gelar “la’allakum tattaqun”.

Continue reading Yang Tersisa Di Akhir Ramadhan

PARA PEWARIS BUMI

 Bismillahirrahmannirrahim, alhamdulillahirabbil ‘alamiin

Sholatu wassalam, ‘ala rasulillahi ajma’in, wa’ala ‘alihi washohbih wamantabi’ahum bi ihsaanin illa yaumina ha’dza waba’dih,

Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakaatuh,

Asyhadualla ilaahaillallah, wa asyhaduanna sayyidana muhammadan ‘abduhu warasuluh..

Wahai engkau, ummat terbaik yang pernah diciptakan, betapalah hari ini, bumi telah lelah berputar lagi pada porosnya, diberatkan oleh dosa-dosa ummat manusia. Namun ia tetaplah setia pada ketentuan terhadapnya. Para pewaris bumi kini tengah dalam keadaan tertindas, oleh segala kekuatan yang hendak memupuskan nilai-nilai Islam yang luhur. Dalam surat Al Qashash : 5 disebutkan “Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi itu, dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi”

Tapi apakah hari ini para pewaris bumi, telah siap mengembalikan kekayaan yang pernah dimilikinya dahulu? Apakah mereka telah siap untuk merebut kembali apa yang telah mereka renggut dari tangan mereka?

Krisis telah melanda segala aspek kehidupan kita, bermula dari keluarga hingga kehidupan bernegara, dari aspek sosial, budaya, hingga bahan pangan, dari moral, spiritual hingga teknologi dan pertahanan keamanan, juga dari ekonomi hingga hukum dan birokrasi. Kita tengah melihat kehancuran yeng bersifat sporadis, menyebar begitu cepat, sistemik dan terasa sangat sulit untuk diselesaikan. Krisis ini telah merenggut kehidupan hakiki ummat ini, kepada kedahagaan bahkan kematian dari nilai-nilai ilahiah yang agung.

Padahal, di masa lalu, ummat Islam telah berhasil membangun sistem kehidupan bernegara dan bermasyarakat majemuk paling sempurna yang pernah ada dalam sejarah manusia. Sebuah sistem yang tak pernah terbayangkan oleh siapapun. Selama lebih dari seribu tahun, ummat Islam menjadi ummat yang paling berpegang teguh terhadap agamanya, serta menjadi ummat yang paling luhur ahklaknya dan paling sempurna kebudayaannya. Semua keunggulan itu membuat mereka layak menjadi pemimpin dunia dengan wawasan mereka yang sangat luas dan teknologi serta landasan politik sosial dan pemikiran mereka. Pada masa keemasan itu, kita menyaksikan mereka begitu teguh berpegang kepada ajaran agamanya, hingga mereka melebarkan sayap kekuasaan yang merupakan anugerah dari Allah subhanahu wata’ala. Sampai pun ada tiga aspek yang menjadikan mereka mampu teguh di tengah arus kebathilan yaitu : Inspirasi, rasionalitas dan pengalaman (Gulen, 2012).

Dengan ketiga hal itulah dulu kaum muslimin dapat membentangkan nilai-nilai agung langit dari pegunungan Pyrene sampai Samudera Hindia, dari Kazan sampai Somalia, dan dari Poiters sampai Tembok Besar China. Saat itu Islam telah menjadikan dimensi dunia sebagai dimensi akhirat, yang kehebatannya saat itu sampai menjadikan kekuatannya menjadi tak tertaklukkan. Hebatnya lagi, Islam mampu berdiri tegak dengan segala nilai langitnya, di antara keruntuhan-keruntuhan peradaban lain di sekitarnya.

Sungguh menyakitkan ketika kita dapati seluruh dunia makin menjauh dari nilai-nilai Islam yang pernah menyemaikan bunga-bunga pemikiran yang harum, dan buah-buah ilmu pengetahuan yang ranum. Betapa krisis ini telah membuat jurang yang teramat dalam yang berada di tengah-tengah kita semua, yang kapanpun bisa memelesetkan diri kita ke dalamnya. Bersimbah dengan kekotoran dan kekufuran. Luka ummat tengah menganga, dan hampir setiap kejadian yang kita lihat hari ini kian merobek luka itu, tanpa pernah ada yang mau menutupnya kembali. Alih-alih ingin memperbaiki ummat, harokah-harokah, atau kelompok-kelompok yang ada, malah menjadikan krisis ini semakin terpuruk karena ideologi yang dihembuskannya pada akhirnya malah menjauhkan ummat dari persatuan dan kesatuan. Kebanyakan dari mereka juga malah menjadikan ummat ini tenggelam dalam kenistaan karena jauh dari kepedulian sosial dan adab-adab robbaniyyun. Di mana para ‘alim yang paham hanya bersembunyi di balik mihrab berdzikir tanpa mau melihat pertunjukkan pembantaian ahklak anak cucunya di luar sana.

Kini ummat, tengah berada di bawah kekuatan yang tak kasat mata. Menjadikan kita hancur lebur, remuk redam berkeping-keping, harga diri di injak-injak oleh suguhan budaya-budaya binatang yang semakin menelanjangi kita, baik fisik maupun psikis. Kita dipaksa oleh media, menanggalkan kain-kain penutup tubuh kita, dipaksa juga untuk menanggalkan segala principal dan simbol-simbol yang berasal dari Allah, yang kesemuanya itu berdasar pada anggapan mederenisasi yang maju. Padahal kita sebenarnya diperbudak oleh “majikan” – yang kita dengan senang hati menyerahkan diri kepadanya – untuk mulai mengingkari Allah dan rasulnya yang kemudian berlomba-lomba menggali materi-materi dunia yang disuguhkan “majikan” itu. Padahal materi-materi itu beserta gemerlapnya hanyalah bualan, dan tanpa nilai yang hanya akan menistakan Islam ini ke derajat yang lebih rendah di muka bumi.

Telah jelas kita perhatikan, bahwasannya hari ini ummat tengah berbondong-bondong melepaskan kelurhuran agamanya di tengah-tengah pesta pora para perampok prinsip-prinsip ilahiah, mereka adalah musuh-musuh yang tidak disadari keberadaanya. Mereka berusaha memberangus setiap jengkal nilai-nilai Islam, sedangkan kita rela untuk membantu upaya mereka itu dengan dalih kalimat rahmatan lil’alamin dan kata toleransi. Sungguh ironi, kita bagai membantu menumbuhkan kastil-kastil musuh juga membantu memperluas luasan jajahannya, sedang kita menjilati telapak kaki mereka dan juga ikut membunuhi saudara-saudara kita.

Poin penting yang harus kita garis bawahi adalah bagaimana kita semua kemudian menginsyafi kejadian ini semua dan menginsyafi kealpaan kita dari ketidakpedulian yang semakin akut. Bahkan mungkin beberapa diantaranya kita masih berada pada koridor-koridor yang dikehendaki musuh demi terwujudnya rencana busuk mereka. Mungkin juga kita tengah asik masuk pada alam pikiran kita menentangi pikiran-pikiran saudara kita tanpa melihat sisi destruktifnya pada ummat ini, sementara kita mengabaikan nilai-nilai keshalihan sejati. Karenanya, seberapa kuat pun kita mempertahankan nilai-nilai pemikiran canggih yang coba kita bangun, jika kita tidak menyandarkannya pada ahklak-ahklak Qurani dan kerasulan, sudah dipastikan kita hanya akan menuai kehancuran pada ummat ini pada akhirnya, sama seperti kaum konservatif yang menghendaki kejayaan kaumnya, namun hanya akan menggali jurang kematian sejengkal demi sejengkal bagi kejayaannya itu sendiri.

Allah subhanahu wa ta’ala menyatakan di dalam surat Al Anbiyya :105 “Dan sungguh telah Kami tulis dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai (kepada) hamba-hamba-Ku yang shaleh” . Tidak boleh ada seorangpun yang meragukan janji Allah tersebut, karena hari yang dijanjikan itu pasti benar adanya. Kelak para pewaris bumi itu tidak hanya akan mewarisi bumi. Sebab siapapun yang mewarisi serta menguasai bumi, pasti juga akan menguasai alam semesta. Maka haruslah diingat bahwa penguasaan alam ini hanya akan terjadi jika kehendak pewaris itu dibersamai oleh kehendak Penguasa langit dan bumi. Artinya, semua harapan dan janji Allah itu hanya akan terwujud sesuai dengan pencapaian mereka dalam memenuhi perintah-Nya.

Jadi, jika pun ternyata Allah belum berkenan memberikan mandatnya kepada mereka yang mengaku pewaris bumi yang sah, maka hal itu sebenarnya terjadi karena mereka memang belum cukup pantas untuk menerima augerah itu. Dengan kata lain, erosi spiritualitas dan moral yang terjadi dalam diri sebuah masyarakat pasti akan menyebabkan terputusnya anugerah Ilahi dari masyarakat tersebut. Dan buktinya ada dalam bagaimana kita melihat kerajaan-kerajaan pada abad pertengahan dan kemanusiaan kita hari ini luluh lantak karena pembangkangannya secara jelas, jauh dari nilai-nilai Islam.

Telah tampak jelas bahwa untuk memulihkan kondisi krisis parah yang dapat kita lihat menimpa kaum muslimin hari ini, khususnya pemimpin-pemimpin mereka, tidaklah cukup hanya dengan mendirikan sekolah di tengah masyarakat muslim atau pun menyelenggarakan seminar atau tabligh akbar semata.

Satu-satunya cara untuk mengangkat harkat martabat Islam dari keterpurukan yang tengah mereka alami di tengah kemajuan sains dan teknologi yang berkembang saat ini adalah dengan menemukan kembali jati diri kita yang sebenarnya dan dengan menggali kembali nilai-nilai, pola nalar, dan tatanan hidup rasional yang diajarkan Islam. Selain itu, umat Islam juga harus selalu memiliki gairah, tekad, kesabaran, cita-cita, dan keteguhan hati yang cukup dalam mengibarkan panji-panji perjuangannya itu.

Maka dengan menggerakkan semua lini ummat kearah kesadaran itu, akan didapati ummat ini akan bergerak berirama menemui kebenaran hakiki yang selalu diragukannya selama ini. Seperti gerak thawaff yang terpusat pada ka’bah, gerakan itu mengeluarkan energi yang cukup besar, namun ka’bah mengembalikan energi itu dengan energi yang lebih besar. InsyaAllah, dengan begitu Allah akan mulai memberikan petunjuk dan pertolongannya, menjadikan perpecahan ummat hari ini kembali rekat di antara kita, menjadikan kemunduran sains dan teknologi hari ini menjadi kemajuan yang niscaya, menjadikan kebodohan dan kebobrokan moral dan spiritualitas individunya teperbaiki dalam satu kalimah Tauhid, Laa ilahaillallah muhammadar rasulullah. Aamiin Yaa Rabbal ‘alamiin

Oleh Asep Saiful (Staff Departement Kebijakan Publik KAMMI Komisariat Sepuluh Nopember)

Daftar Pustaka

Quthb, Sayyid. Ma’alim fi Ath Thariq. Terjemahan, Cetakan ke-5 Darul Uswah, September 2013, Yogyakarta

Gulen, Fethullah. Bangkitnya Spiritualitas Islam. Terjemahan, Cetakan I Republika, November 2012, Jakarta

Paradigma Gerakan KAMMI

Paradigma Gerakan KAMMI

KAMMI begitu istimewa. Paradigma gerakan inilah yang membuat KAMMI begitu istimewa dan berbeda dengan gerakan pemuda yang lainnya.

KAMMI adalah Gerakan Dakwah Tauhid

Gerakan yang meneruskan dakwah para nabi (artinya tidak “menciptakan metode dakwah baru”, ataupun kelompok-kelompok baru). Gerakan KAMMI adalah nasrul fikroh (mendakwahkan pemikiran tentang Islam yang komprehensif (syumul/menyeluruh) serta mencakup ke seluruh aspek.

Gerakan dakwah tauhid juga berarti…

  • Gerakan pembebasan manusia dari segala bentuk penghambaan terhadap materi, nalar, sesama manusia dan lainnya, serta mengembalikan pada tempat yang sesungguhnya yaitu Allah SWT.
  • Gerakan yang menyerukan deklarasi tata peradaban kemanusiaan yang berdasar pada nilai-nilai universal wahyu ketuhanan (ilahiyah) yang mewujudkan Islam sebagai rahmat semesta alam (rahmatan lil ‘alamin).
  • Gerakan perjuangan berkelanjutan untuk menegakkan nilai-nilai kebaikan universal dan meruntuhkan tirani kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar).

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”(QS. Ali Imron :104)

KAMMI adalah Gerakan Intelektual Profetik

Intelektual yang berdasarkan pada tradisi kenabian. Mengajarkan ilmu umum menghubungkan dengan tauhid. KAMMI merupakan muslim negarawan yang tiada hari tanpa diskusi ilmiah, tidak takliq (buta), tidak ada di sandang kami kata-kata fanatisme kelompok, karena landasan kami bukan kelompok melainkan Alqur’an dan sunnah.

Gerakan intelektual profetik juga berarti…

  • Gerakan yang meletakkan keimanan sebagai ruh atas penjelajahan akal nalar.
  • Gerakan yang mengembalikan secara tulus dialektika wacana pada prinsip-prinsip kemanusiaan yang universal.
  • Gerakan yang mempertemukan nalar akal dan nalar wahyu pada usaha perjuangan, perlawanan, pembebasan, pencerahan, dan pemberdayaan manusia secara organik.

Arus perubahan negara sangat efektif dilakukan oleh 3 poros penting, yakni penguasa, pengusaha, dan militer. Namun ketiganya akan mendapatkan kesetimbangan perubahan ke arah yang lebih baik apabila diimbangi oleh poros gerakan profetik.

Seperti hal nya Fir’aun, Hamman, dan Qarun yang berhasil membentuk kekuasaan super power sebagaimana dikisahkan dalam Al Quran. Tidak ada power tandingan yang berani berhadapan dengan pemerintahan Fir’aun, selain perlawanan dari gerakan profetik yang dipimpin Nabi Musa.

KAMMI adalah Gerakan Sosial Independen

KAMMI terbebas dari ideologi yang ada, KAMMI tidak terikat oleh -isme isme yang dibuat manusia (sosialisme, kapitalisme, materialisme, dll). Bergerak karena ALLAH, menegakkan Islam di muka bumi.

Gerakan sosial independen juga berarti…

  • Gerakan kritis yang menyerang sistem peradaban materialistik dan menyerukan peradaban manusia berbasis tauhid.
  • Gerakan kultural yang berdasarkan kesadaran dan kesukarelaan yang berakar pada nurani kerakyatan.
  • Gerakan sosial independen merupakan gerakan pembebasan yang tidak memiliki ketergantungan pada hegemoni kekuasaan politik-ekonomi yang membatasi.

KAMMI lahir dari rahim mahasiswa dan rakyat. KAMMI dan rakyat adalah ibarat antara ruh dan tubuh. KAMMI tumbuh dan berkembang di tengah tengah rakyat, yang tidak terpisahkan dari rakyat indonesia.

KAMMI adalah Gerakan Politik Ekstra Parlementer

KAMMI melakukan komunikasi politik dengan semua pihak, menjaga jarak yang sama dengan tokoh dan partai politik manapun dalam rangka membangun sinergi dan kesepahaman, melakukan negosiasi politik jangka panjang dengan calon pemimpin yang ada. Ini strategi ekstra parlementer KAMMI.

Gerakan politik ektra parlementer juga berarti…

  • Gerakan perjuangan melawan tirani dan menegakkan demokrasi yang egaliter. Gerakan sosial kultural dan struktural yang berorientasi pada penguatan rakyat secara sistematis dengan melakukan pemberdayaan institusi-institusi sosial/ rakyat dalam mengontrol proses demokrasi formal.
  • Gerakan yang tidak menginduk pada institusi parlemen maupun pembentuk parlemen (partai politik dan senator). Independensi sikap politik bulat utuh tanpa intervensi partai apapun.
  • Gerakan yang bergerak di luar parlemen dan partai politik, sebagai representasi rakyat secara independen.

Penting ditegaskan bahwa kebijakan negara tidak sepenuhnya memenuhi seluruh aspirasi dari rakyat. Karenanya, perlu ada kekuatan oposisi intra dan ekstra parlementer yang mampu berperan sebagai mekanisme kontrol agar proses politik dan demokrasi berjalan bersih dan adil. Rasulullah saw pun bersabda, Jihad yang paling utama adalah mengucapkan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim.

#Muslim Negarawan

#Berani Beraksi